Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Tulis Tulis Tulis

Siang-siang iseng scrool IG teman yang sudah wafat. Ada banyak foto, ada banyak caption dan tentunya ada juga video hingga komen-komenan. Qodarullah, teman tersebutpun tak jarang upload foto dirinya, sehingga dengan leluasa saya bisa memandangi. Sesaat, saya termenung dan berkata dalam hati "Lihatlah... foto yang di depan kamu nih vi, orangnya sudah tidak ada, tapi akun IG nya masih ada, bukankah semua ini engga di bawa mati?" Ya Allah, tak terbayang jika saya mati. Banyak foto hingga tulisan yang saya share setiap hari. Jika Allah cabut nyawa saya nanti. Tulisan-tulisan yang saya buat inilah yang akan tetap dinikmati, semantara saya sendiri sudah mengahadap Sang Illahi. Teman saya sudah pergi, tapi saya masih bisa melihat status hingga foto-fotonya setiap hari. Saya jadi ingat akan sebuah pesan seorang ustadz yang semoga Allah berkahi. Saat itu, sayapun menonton video ceramah ustadz itu lewat IG yang durasinya hanya satu menit. Dalam video tersebut, ustadz itu bercerita. Ada

Benar-Benar Rindu

Tulisan ini terinspirasi dari tulisan seseorang yang berinisial Langit dalam diskusi kepenulisan online. Semoga tulisan ini dapat mewakili perasaan yang ada saat ini. Sehingga terluaplah seluruh hasrat rindu  yang ada dalam batin. Namun sayang, tetap belum selesai masalah rinduku padamu. Karena rindu ini Benar-Benar Rindu.  Rindu Banyak nian rindu terkumpul untukmu  Namun disaat rindu hendak tercurah  kita tak bertemu  Ada goresan kecewa hingga buatku termangu  tapi ku tahu ini ujian bagiku Aku takut kita hanya bisa merindu  tanpa tahu kapan bias bertemu Bait-bait do’a sering ku lontarkan untukmu  Namun lagi-lagi aku tak tahu apakah dirimu sama mendoakanku Benarkah sebuah rindu tak adil?  Karena ia hadir tanpa pernah ikut andil. Sudahlah! Jangan salahkan rindu. Fokuslah saat ia bertemu. Hey, aku rindu padamu… Bilakan Dia izinkan aku bertemu Ada sebuah kalimat indah akan ku berikan untukmu. Kalimat itu adalah..  “Maafkan aku karena telah merin

Masa Haru Waktu Sekolah

Gambar
Kenangan bersama ustadz ustadzah Ma'had Al-Furqon Suatu saat akan datang waktu untuk berpikir kembali. Berpikir tentang suatu hal yang mungkin suatu saat nanti akan kita tinggalkan. Status mahasiswa mungkin menjadi momok bagi calon mahasiswa yang berpikir tentang keseriusan di tingkat perguruan tinggi. Impian tentang pencapaian mimpi dan rencana hidup, akan segera terpikir untuk terwujud. Di balik itu, ternyata ada rasa lain yang lebih dari sekedar indah. Tentang sahabat saudara dan cinta yang baru. Karena saat itu kita adalah seorang mahasiswa baru. Sedikit berbeda saat kita menjadi calon peserta didik di SLTA atau SLTP. Saat itu, kita masih dapat bersantai, tertawa lepas tiada batas, makan dimanapun yang kita mau, dan bermain bersama dengan teman-teman. Walaupun waktu berlalu, tetap saja yang kita lewati tidaklah perjalanan yang dalam menempuh harus membutuhkan waktu lama. Sekilas memang dalam menjalani hari terlihat sangat lama jika kita tidak mampu untuk menikmat

Sabahat Saudara Seirama

Gambar
 Sania Annisa Hai Kawan... Hari ini, rasanya ingin sekali saya berikan informasi-informasi tentang teman-teman saya. Banyak teman-teman yang saya miliki dan bahkan telah menjadi saudara bagi saya. Tidak memandang status, kedudukan, dan usia. Foto yang saya letakkan di heading itu adalah teman sekaligus saudara yang telah menjadi bagian dari perjalanan saya selama melakukan perkuliahan di salah satu perguruan tinggi di daerah Kabupaten Malang. Dari pribadi yang dimiliki saya banyak belajar. Bukan seorang yang perfect. Namun selalu berusaha untuk menjadi perfect, tanpa menampakkan usahanya itu kepada orang-orang disekitarnya. Apa adanya yang menjadi ciri khasnya. Yang sering ia sangkutkan adalah tentang hal intelektualitas. Memang anak ini merupakan alumni akselerasi di salah satu sekolah favorit di daerah Tulungagung. Dan saat ini ia tengah fokus dalam kegiatan belajar khusus Matematika dengan perguruan tinggi yang sama seperti saya. Perguruan tinggi inilah yang mengantarkan

Boleh Lihat, Jangan Sebelah Mata

Kita dapat melihat orang yang memiliki nilai materi dunia lebih, lebih mulia dan lebih terjamin hidupnya. Namun berbeda ketika melihat para kawula menengah kebawah yang memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu apa yang sempat terpikir dalam benak kita? Mungkin kata 'jika' yang langsung tergambar dalam benak kita. Jika kita berada dalam kondisi yang satu dan jika kita berada pada posisi satu lainnya. Mungkinkah kita dapat memahami bagaimana kedua keadaan di atas jika kita tidak mengetahuinya langsung di lapangan? Mungkin dapat hal itu dibayangkan. Namun untuk visualisasi dan rasa yang kita dapatkan tidaklah setajam saat kita berada di tempat aslinya. Dalam suatu kegiatan bakti sosial misalnya. Dari kegiatan itu, kita dapat temukan keadaan-keadaan yang asalnya hanya kita bayangkan, dan pada akhirnya kita dapat menjelajahinya secara langsung. Sungguh sangat berkesan rasanya. Satu pengalaman dari penulis adalah, saat mengikuti kegiatan bakti sosial di komunitas y