Boleh Lihat, Jangan Sebelah Mata


Kita dapat melihat orang yang memiliki nilai materi dunia lebih, lebih mulia dan lebih terjamin hidupnya. Namun berbeda ketika melihat para kawula menengah kebawah yang memiliki kendala dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Lalu apa yang sempat terpikir dalam benak kita? Mungkin kata 'jika' yang langsung tergambar dalam benak kita. Jika kita berada dalam kondisi yang satu dan jika kita berada pada posisi satu lainnya.
Mungkinkah kita dapat memahami bagaimana kedua keadaan di atas jika kita tidak mengetahuinya langsung di lapangan? Mungkin dapat hal itu dibayangkan. Namun untuk visualisasi dan rasa yang kita dapatkan tidaklah setajam saat kita berada di tempat aslinya.
Dalam suatu kegiatan bakti sosial misalnya. Dari kegiatan itu, kita dapat temukan keadaan-keadaan yang asalnya hanya kita bayangkan, dan pada akhirnya kita dapat menjelajahinya secara langsung. Sungguh sangat berkesan rasanya.
Satu pengalaman dari penulis adalah, saat mengikuti kegiatan bakti sosial di komunitas yang diikutinya. Disaat itu, ia menjadi tau dan peka terhadap lingkungan yang didiaminya saat ini. Pasalnya saat melakukan kegiatan bakti sosial itu,dia banyak melihat keadaan yang tidak sesuai  dengan keadaan para konglomerat yang ada di kota-kota besar. Para lanjut usia konglomerat di daerah kota besar, pasti memiliki kehidupan yang layak, yang sesuai dengan standar kehidupan, bahkan lebih. Tapi keadaan yang ditemui penulis di kecamatan Wajak tepatnya di dusun Beringin ini berbeda. Mereka para lansia masih banyak yang tidak tinggal di tempat yang layak. Makanan yang mereka konsumsipun tidak sesuai dengan standar kesehatan.
Yang penulis temui saat itu adalah seorang nenek yang tinggal di dekat kandang kambing. Batas antara rumah yang ditinggalinya dengan kamndang kambing hanyalah 5 pilar papan berukuran kecil yang sela diantaranya terdapat lubang yang dapat menyinari rumah itu. Tentu dengan resiko jika musim hujan datang, rumah akan mudah banjir. Tidak diketahui keberadaan anak-anak dari nenek tersebut. Yang biasa menemani dan merawat nenek itu hanyakah seorang Bapak yang tinggal di dekat rumahnya. Walaupun ia tidak dapat memberikan tempat tinggal yang layak bagi nenek tersebut, paling tidak ia mampu untuk memenuhi kebutuhan makannya. Nenek tersebut memeiliki suara yang kecil. Air mukanya pun menunjukkan kelelahan yang dihadapinya sewaktu masih muda. Betapa sulitnya kehidupan yang dialami, walau hanya sekedar mencari sebutir nasi. Ia memiliki kendala pada indera pendengarannya. Nenek tersebut tidak dapat mendengarkan suara dengan baik. Sehingga ketika penulis mengajak bicara nenek tersebut, sesekali merasa jengkel. Karena apa yang ditanyakan tidak direspon dengan baik dan jelas. Maklum itu terjadi saat penulis tidak mengetahui jika nenek tersebut tidak dapat mendengarkan.  Sungguh betapa kasihan kondisi fisik dan sosial nenek tersebut.
Semoga suatu saat nanti, ketika kita telah menjadi seorang nenek tua, anak-anak kita mau untuk merawat dan memberikan tempat tinggal yang sesuai. Sehingga tidak menimbulkan doa buruk yang disampaikan oleh orang tua, yang suatu saat nanti akan di amini oleh malaikat dan diijabah oleh Allah SWT. Semoga hal yang baik-baik saja yang akan diberikan oleh Tuhan pada kita. Aamiin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Haru Waktu Sekolah

Tulis Tulis Tulis

Dasar Rasa Kasmaran