Ini Tentangnya
(Khansa S@F)
Aku terpana saat pandangan pertama,
Inginku lupa namun tak bisa,
Hampir setiap saat, aku berkisah pada-Nya,
Tentang rasa yang tak bisa kuberikan seutuhnya.
Kadang aku tak bisa membeda,
Mana cinta dan nafsu,
Tapi... saat hati berbisik tentangnya, doa tulus tak terlupa.
Andai manusia bisa mengintip masa depan,
Mungkin akan mereka lakukan segala cara untuk menempuhnya,
Tapi... secuil pengetahuan tentang masa depan ada pada tangan-Nya.
Jadi... manusia hanya bisa usaha dan berdoa.
Ini tentang rasa yang terlanjur terlaksana,
Ada saat timbul rasa penyesalan di dada,
Namun bukankah semua sudah takdir-Nya?.
Biarlah semua berjalan dengan mestinya,
Sebelum takdir-Nya berkata,
Akanku jadikan tiap episode tentangnya selalu bermakna,
Aku tak mengharapkan rasa itu tiada,
Tapi aku berdoa agar rasa itu tetap ada,
Rasa itu akan tetap ada sampai Syurga.
Karena aku melihat dalam rasa padanya ada cinta-Nya.
Pertemuan pertama menjadi awal cintaku bermula,
Terimakasih... karena itu, cintaku semakin tertuju pada-Nya,
Terimakasih... karena itu, Cintaku lebih bermakna,
Sekalipun tak bersama di dunia,
Tapi di tempat terbaik-Nya semoga kita bersua.
Teman terbaik bukanlah ia yang menjadi teman hidup atau teman yang hanya sekedar mampir belaka,
Tapi... teman terbaik ialah teman yang membawamu mengenal cinta-Nya.
Tetaplah mencinta dalam doa,
Karena dalam doa ada cinta menyapa.
Semoga sebuah rasa tak membuatku terlena,
Malah... ingatkanku akan hakikat hidup di dunia.
Saat hatimu terjangkit oleh sebuah rasa,
Bersikaplah dewasa,
Jadikan sebuah rasa bermuara pada-Nya,
Agar..., saat rasa tak ditakdirkan bersama,
Ada keikhlasan menjadi teman bersahaja.
(Inisial Langit)
Aku terpana saat pandangan pertama,
Inginku lupa namun tak bisa,
Hampir setiap saat, aku berkisah pada-Nya,
Tentang rasa yang tak bisa kuberikan seutuhnya.
Kadang aku tak bisa membeda,
Mana cinta dan nafsu,
Tapi... saat hati berbisik tentangnya, doa tulus tak terlupa.
Andai manusia bisa mengintip masa depan,
Mungkin akan mereka lakukan segala cara untuk menempuhnya,
Tapi... secuil pengetahuan tentang masa depan ada pada tangan-Nya.
Jadi... manusia hanya bisa usaha dan berdoa.
Ini tentang rasa yang terlanjur terlaksana,
Ada saat timbul rasa penyesalan di dada,
Namun bukankah semua sudah takdir-Nya?.
Biarlah semua berjalan dengan mestinya,
Sebelum takdir-Nya berkata,
Akanku jadikan tiap episode tentangnya selalu bermakna,
Aku tak mengharapkan rasa itu tiada,
Tapi aku berdoa agar rasa itu tetap ada,
Rasa itu akan tetap ada sampai Syurga.
Karena aku melihat dalam rasa padanya ada cinta-Nya.
Pertemuan pertama menjadi awal cintaku bermula,
Terimakasih... karena itu, cintaku semakin tertuju pada-Nya,
Terimakasih... karena itu, Cintaku lebih bermakna,
Sekalipun tak bersama di dunia,
Tapi di tempat terbaik-Nya semoga kita bersua.
Teman terbaik bukanlah ia yang menjadi teman hidup atau teman yang hanya sekedar mampir belaka,
Tapi... teman terbaik ialah teman yang membawamu mengenal cinta-Nya.
Tetaplah mencinta dalam doa,
Karena dalam doa ada cinta menyapa.
Semoga sebuah rasa tak membuatku terlena,
Malah... ingatkanku akan hakikat hidup di dunia.
Saat hatimu terjangkit oleh sebuah rasa,
Bersikaplah dewasa,
Jadikan sebuah rasa bermuara pada-Nya,
Agar..., saat rasa tak ditakdirkan bersama,
Ada keikhlasan menjadi teman bersahaja.
(Inisial Langit)
Komentar
Posting Komentar