Aku Tahu Dia Menyimpannya

Sudah bukan waktunya mengelak, kini. Waktu biarkan saja tetap menjadi waktu yang tidak bisa mempengaruhi langsung keputusan. Hanya saja, waktu memiliki sedikit tugas mengingatkan bahwa jujur itu tepat dan berlari dari kebenaran hati itu membuat waktu semakin terulur dan habis. Uluran waktu mungkin sedikit membawa kesenangan, tapi lebih banyak membawa lelah dalam hidup, karena seakan-akan hidup dikejar oleh pedang waktu yang siap-siap menggaris leher, dan akhirnya kita tumbang dan kalah. Tetap saja, walau dia mengelak saat menyimpan, aku tahu, sebab aku bukan waktu yang hanya mengintai, mengejar, dan menumpas, tapi manusia yang punya hati untuk merasakan frekuensi getaran hati seseorang. 

Saya ingin dia bilang jika benar menyimpannya. Jangan khawatir aku akan menghindar dan lari dari kejujuran. Jangan lupakan begitu saja tanggungjawab hatimu sendiri dan orang lain yang dikenai. Dan ternyata tanggung jawab itu berat jika diantara kami ada yang tidak mau untuk mengucap ya atau tidak, serta mengakui dengan setulus hati tentang apa yang sesungguhnya menjadi ilham hati. 

Ego masing-masing bermain dan bahkan bergurau hingga menutupi suara hati sampai tidak terdengar suaranya. Anehnya walau ada ego masing-masing masih pula terus dibahas dan ditelusuri. Padahal jelas-jelas bahwa rasa itu hadir dari hati yang harus dijujurkan saat itu juga. Yang menjadi pernyataan adalah resiko harus ditanggung oleh masing-masing pribadi. Baik yang menganai ataupun yang dikenai. Jika siap menerima resiko berat, simpan saja hingga nanti. Dan aku tetaplah menjadi insan yang mencoba alibi dari pengetahuan bahwa dia sedang menyimpan. Serta, dia tetaplah menjadi insan yang tidak tahu bagaimana tanggapanku terhadapnya. 

Tuhanku pasti akan selalu menunjukkan arah yang terbaik bagi sebuah perjalanan hati ini. Aku yakin, sehingga tidak ada satupun hal yang saat ini aku takutkan hanya untuk situasi hati semacam itu. Sangat kecilbagi Tuhan untuk membolak-balikkan hati. Yang perlu kita sadari saat ini adalah begitu kecil usaha Tuhan untuk membuat kita kembali menyadari bahwa semesta termasuk rasa ada dan tiada, muncul dan tenggelam, sesaat dan abadi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Masa Haru Waktu Sekolah

Tulis Tulis Tulis

Dasar Rasa Kasmaran