SEDAP MALAM
Duduk tersadar
Hirup udara
senja yang menua
Nantikan putra
kebanggan
Yang lama nian
tak tertawan netra, sayang
Waktu ini
miliknya
Berbaur
bersama asa, cita, & cinta
Segalanya
miliknya
Muda bahkan
tua milik yang menua
Tersenggal
nafas yang menua
Dirajai putra
mahkotanya
Terhempas
angan inginnya
Disusahkan putra
tercinta
Tak kembalil
harap
Sekalipun terhitung hutang
Tak berbekas
luka
Mesti kau
koyak-lukakannya
Duduk
tersandar
Hirup udara
senja yang menua
Menanti sedap
malam yang mekar membahana
Indah semerbak
wangi memecah malam
Teng…teng…teng…
Puncak malampun
tiba
Sumringah rona
menawan
Menyelimuti
bahagia yang menua
(Malang, 22.57 – 26 November 2017)
Komentar
Posting Komentar